Skip links

Dukungan MGR atas Konservasi Burung Maleo

Tujuh burung Maleo hasil penangkaran dilepasliarkan ke habitat aslinya di kawasan Cagar Alam Panua. Kegiatan merupakan kolaborasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara, Pemerintah Kabupaten Pohuwato, dan PT Merdeka Gold Resources Tbk—pengelola Tambang Emas Pani di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo.

Diselenggarakan pada Jumat, 7 November 2025, acara ini dihadiri oleh Direktur Utama PT Merdeka Gold Resources Tbk (MGR) Boyke Poerbaya Abidin, Wakil Bupati Pohuwato Iwan S. Adam, Kepala BKSDA Sulawesi Utara Askhari Masikki, dan sejumlah perwakilan masyarakat sekitar. Pelepasliaran ini merupakan bagian dari upaya menjaga kelestarian burung endemik Sulawesi yang berstatus terancam punah dalam Daftar Merah IUCN.

“Terima kasih kepada Tambang Emas Pani atas dukungan dalam konservasi Maleo di Pohuwato,” ujar Askhari Masikki, Kepala BKSDA Sulawesi Utara. “Semoga dukungan ini bisa terus berlanjut.”

Program konservasi Maleo di Pohuwato sendiri telah dijalankan oleh BKSDA dan pemerintah daerah sejak 2014, mencakup penangkaran dan penyelamatan telur di habitat alami. Dukungan dari MGR pada kegiatan pelepasliaran kali ini menjadi bentuk kolaborasi baru antara dunia usaha dan pemerintah dalam menjaga keberlanjutan spesies Maleo. Hingga 2025, lebih dari 1.300 ekor Maleo hasil penangkaran dan penyelamatan telur telah dilepasliarkan kembali ke alam. Berdasarkan data BKSDA, populasi Maleo di Cagar Alam Panua kini diperkirakan mencapai sekitar 2.000 ekor—menunjukkan pemulihan populasi setelah sebelumnya menurun akibat perburuan dan penyusutan habitat.

Burung Maleo (Macrocephalon maleo) dikenal unik karena tidak mengerami telurnya sendiri. Telurnya dikubur di pasir panas atau tanah vulkanik agar menetas dengan bantuan panas bumi atau sinar matahari. Setelah 70–80 hari, anak Maleo menetas dan langsung mampu terbang dan mencari makan sendiri. Ketergantungannya pada kondisi habitat membuat spesies ini sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.

Direktur Utama MGR, Boyke Poerbaya Abidin, menegaskan bahwa dukungan terhadap konservasi Maleo merupakan bagian dari komitmen perusahaan terhadap praktik pertambangan berkelanjutan. “Kami percaya keberhasilan industri pertambangan harus berjalan seiring dengan kelestarian lingkungan,” ujarnya.

Wakil Bupati Pohuwato Iwan S. Adam juga menyampaikan apresiasi atas keberlanjutan program konservasi ini. Semasa kecil, ia masih sering menemukan telur burung Maleo saat bermain di alam semasa kecil. “Sayang sekali, sekarang kita sudah susah menemukannya. Semoga upaya konservasi ini bisa bekelanjutan,” ujarnya.

Sebagai bagian dari grup PT Merdeka Copper Gold Tbk, MGR mengoperasikan tambang dengan prinsip berkelanjutan. Dukungan terhadap konservasi Maleo menjadi bagian dari komitmen perusahaan untuk menyeimbangkan kegiatan pertambangan dengan pelestarian alam, sekaligus menegaskan bahwa praktik pertambangan yang bertanggung jawab dapat menjadi bagian dari upaya pelindungan keanekaragaman hayati.

*

Foto utama: Ilustrasi anak burung Maleo (Syaiful Mooduto/Wikimedia). Foto atas: Direktur Utama MGR, Boyke Poerbaya Abidin (kiri), dan Wakil Bupati Pohuwato Iwan S. Adam saat pelepasliaran burung Maleo.

Kami menggunakan cookie demi layanan yang lebih baik.